Sekarang ini media sosial memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Beragam hal, mulai dari berkomunikasi, mencari informasi, hingga berbelanja, seluruhnya bisa diakses melalui media sosial.
Ketika sebagian orang menjadikan media sosial sebagai alat untuk membangun brand serta menjaring konsumen, tidak jarang ada pula yang gagal menjalankan fungsi ini. Lantas apa yang mengakibatkan social media marketing tidak efektif atau justru gagal? Berikut penjelasannya:
1. ASAL BUAT
Banyak orang mencoba membangun bisnis secara online tapi tidak serius menjalankannya.
- Alias asal-asalan.
- Alias tidak punya komitmen.
- Alias abal-abal.
Entah karena tidak pernah berjualan online sebelumnya atau karena kurang pengalaman. Yang jelas, pada prinsipnya berjualan secara konvensional dan berjualan online tidak terlalu berbeda, hanya paradigmanya saja yang sedikit dirubah.
Bagaimanapun, Anda tetap perlu rencana, teknik, serta strategi yang baik dalam rangka memasarkan produk.
Hindari pula “asal promosi”. Agar tetap efektif, ada baiknya untuk mengiringi promosi dengan inovasi baru, seperti mengemasnya dengan kalimat kreatif dan persuasif, menampilkan citra positif, bahkan jika perlu pelajari terlebih dulu teknik social media marketing yang baik dan benar.
2. TIDAK MENENTUKAN TARGET MARKET
Salah satu fokus dari media social marketing adalah untuk “mengundang” target pasar yang tepat untuk tertarik dan memengaruhi “keputusan beli” mereka.
Nah, strategi mendasar yang harus Anda lakukan adalah dengan mencari tahu seperti apa target pasar Anda, lalu membuat konten yang sesuai.
Konten berkualitas berdampak pada citra yang baik. Semakin Anda dapat menciptakan konten yang “memenuhi” hasrat dan kebutuhan calon audience Anda, semakin banyak pula yang menjadikannya referensi, dan semakin banyak pula pengunjung yang datang ke web Anda.
Tak bisa diingkari, salah satu tujuan Anda aktif di media sosial adalah melakukan kegiatan promosi. Namun, jangan hanya terus-terusan berjualan.
Bayangkan saja, siapa sih yang tidak muak setiap kali harus dijejali dengan promosi produk atau jasa Anda? Alih-alih membeli, followers Anda justru memutuskan untuk meng-unfollow dan kabur jauh-jauh!
Sebagai solusinya, Anda bisa membuat materi/konten yang juga bisa mengedukasi followers Anda.
Jenisnya beragam, bisa berupa tips dan trik, keuntungan vs kerugian, review produk, serta informasi-informasi lain yang tentu saja fresh, relevan, dan berguna bagi konsumen.
3. KOMUNIKASI SATU ARAH
Media sosial bukanlah tempat untuk Anda melakukan promosi secara terus menerus dan “berbicara sendiri”.
Di sini, Anda dituntut untuk menjalin komunikasi dan terus berinteraksi, misalnya melalui kolom komentar, atau justru sapaan di status baru.
Tentu saja, Anda tetap diperkenankan berbicara dan mengomunikasikan tentang brand Anda di media sosial.
Namun di sini, perlu diingat untuk tetap “memperhatikan porsinya”.
Berbicara dan menjejali follower terus menerus dengan brand Anda hanya akan membuat mereka lelah, bosan, dan muak.
Adapun beberapa cara yang bisa Anda gunakan, seperti membuat post yang menarik, menjawab pertanyaan dan membalas komentar dengan cepat, memancing followers untuk berdiskusi secara dinamis, dan lain sebagainya.
Intinya, buatlah konten yang dapat membangun komunikasi/interaksi secara dua arah.
4. SUDAH MERASA MAKSIMAL, KOK PENJUALAN TIDAK NAIK JUGA?
Sudah berjualan habis-habisan, memasang produk dengan gambar yang menarik, melakukan promosi besar-besaran, kok penjualan masih sepi juga?
Merasa familiar dengan masalah diatas? Coba perhatikan kasus dibawah ini:
Tujuan utama Anda aktif di media sosial adalah untuk “membangun brand dan engagement dengan audiens” dan bukan semata-mata untuk menjual produk.
Kebanyakan orang justru melakukan kesalahan yang sejenis: Membuat media sosial sebagai satu-satunya media untuk memasarkan produk secara langsung.
Coba bayangkan ada seorang sales produk kesehatan yang datang ke rumah Anda dan menawarkan produk.
Dari awal ia datang ke rumah Anda sampai kemudian pulang (itupun kalau Anda masih mempersilahkan orang tersebut masuk ke rumah Anda), yang dibicarakan adalah tentang keunggulan produk yang ia miliki, berbagai fitur, dan kesempatan terbatas mengenai diskon yang ia miliki untuk 50 pembeli pertama.
Target utama dalam kepalanya adalah: membuat Anda membeli produknya, titik. Sell or die.
Tapi apa reaksi Anda kira-kira?
Tidak tertarik samasekali. Bahkan sejak kalimat pertama yang diucapkan sang sales tersebut, betul?
Terlepas dari sebetulnya Anda membutuhkan produk tersebut atau tidak, yang menjadi masalah adalah cara sales tersebut berkomunikasi.
- 100 hal yang dia ingat: Produknya.
- 1 hal yang dia lupa: Kepentingan Anda.
Kenapa tidak tanyakan sesuatu tentang Anda, minat Anda, kebutuhan Anda tentang kesehatan, atau bahkan tentang cuaca dan bagaimana mood Anda hari ini, sebab Anda lebih peduli tentang hal-hal tersebut daripada semua produk yang ia tawarkan pada Anda, betul?
Bisnis online hampir sama dengan bisnis konvensional. Berita buruknya, di bisnis online Anda tidak bisa melihat ekspresi calon buyer Anda tentang penawaran yang Anda punya, sehingga Anda harus lebih kreatif dalam hal ini.
5. AH, CUMA MEDIA SOSIAL...
Berkaca dari bisnis-bisnis besar, tidak sedikit dari mereka yang menyisihkan satu timnya sendiri untuk mengelola akun media sosial. Sayangnya, hal ini belumlah cukup jadi perhatian.
Media sosial sendiri dianggap sebagai “mainan”, yang dampaknya tidak terlalu diperhitungkan.
Jadi, jika Anda akan mendelegasikan tugas untuk membangun media sosial Anda kepada seseorang, atau melalui business automation, pastikan orang atau instansi tersebut memiliki kredibilitas yang baik agar konten-konten dalam sosial media Anda memiliki kualitas yang baik sepanjang waktu.
Media sosial sendiri merupakan media komunikasi yang real time. Itulah sebabnya, melalui kontak dengan media sosial, seseorang berharap pertanyaannya atau interaksinya segera mendapatkan respons cepat.
Pastikan hal ini terjaga dengan baik dengan memberikan jobdesk yang spesifik terhadap penanggungjawab akun sosial media Anda.
Sekalipun ada komentar negatif, jangan pernah mengabaikan atau justru menghapusnya pada kolom komentar. Sebaliknya, tanggapilah dengan respons positif. Dan cepat.
6. TIDAK KONSISTEN
Apa pun jenis bisnisnya, konsistensi adalah hal utama. Apalagi dalam media sosial, di mana brand dibangun dari pandangan pelanggan, testimoni, diskusi, serta kebutuhan mereka terhadap produk Anda.
Melalui interaksi, gambar, video, maupun pesan-pesan yang Anda posting, brand produk Anda kian terbangun. Sayangnya, kerap kali terjadi, kebanyakan orang justru tidak konsisten dalam mengolah hal tersebut.
7. AKTIFITAS SPAMMING
Tujuannya memang positif: memastikan audience tetap mendapatkan info terbaru.
Sayangnya, tidak jarang cara-cara yang dilakukan justru “mengganggu” dan meresahkan, seperti halnya terlalu banyak posting, promosi di postingan orang lain tanpa ijin, melakukan promosi dengan mentag orang lain bahkan mengirim informasi via message beberapa menit sekali.
Berjejalnya informasi dalam inbox adalah hal yang mengganggu. Pasalnya, harus dipahami bahwa ini adalah area privat bagi pengguna. Ingatlah, setiap orang membenci spam.
Alih-alih menjadi pelanggan yang loyal, bukan tidak mungkin mereka akan meng-unfollow akun Anda atau justru memblokirnya!